Psikolinguistik
PSIKOLINGUISTIK
Karangan
: Abdul Chaer
Di
Susun Oleh
MUH.
HARJUM NURDIN
1351040007
Jurusan :
Bahasa dan Sastra Indonesia
Program
Studi : Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
FAKULTAS
BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2015
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab II Sejarah
Perkembangan psikolinguistik
Bab III Bahasa
dan Berbahasa
Bab IV Hubungan
Berbahasa, Berpikir, dan Berbudaya
Bab V Teori-teori Linguistik
Bab VI Teori
Pembelajaran dalam Psikologi
Bab VII Aspek
Neurologi Bahasa
Bab VIII Gangguan
Berbahasa
Bab IX Pemerolehan
Bahasa: Beberapa Hipotesis
Bab X Pemerolehan
Sintaksis
Bab XI Pemerolehan
Semantik
Bab XII Pemerolehan
Fonologi
Bab XIII Perkembangan
Bahasa Anak
Bab XIV Pembelajaran
Bahasa
Bab XV Aspek
Makna Ujaran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Psikologi
Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa
yunani kuno psyche dan logos.kata psyche yang berarti “jiwa,roh,atau
sukma”,sedangkan kata logos berarti “ilmu”,jadi, psikologi secara harfiah
berarti “ilmu jiwa”atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa.
B. Linguistik
Secara umum linguistik lazim diartikan sebagai ilmu
bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.pakar linguistik
disebut linguis.namun,perlu dicatat kata linguis dalam bahasa inggris juga
berarti“orang yang mahir menggunakan beberapa bahasa”,selain bermakna “pakar
linguistik”,seorang linguis mempelajari bahasa bukan dengan tujuan utama untuk
mahair menggunakan bahasa itu,melainkan untuk mengetahui secara mendalam
mengenai kaidah-kaidah struktur bahasa,beserta dengan berbagai aspek dan segi
yang menyangkut bahasa itu.
C. Psikolinguistik
Secara etimilogi sudah di singgung bahwa kata
psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata linguistik,yakni dua
bidang ilmu yang berbeda,yang masing-masing berdiri sendiri ,dengan prosedur
dan metode yang berlainan.namun,keduanya sama-sama menelti bahasa sebagai objek
formalnya
D. Sub disiplin psikolinguistik
Psikolinguistik telah berkembang pesat sehingga
melahirkan beberapa subdisiplin psikolinguistik,diantaranya Sbb:
1. Psikolinguistik
teoritis
2. Psikolinguistik
perkembanagan
3. Psikolinguistik
sosial
4. Psikolinguistik
pendidikan
5. Psikolinguistik-neurologi
(neuropsikolinguistik)
6. Psikolinguistik
eksperimen
7. Psikolinguistik
terapan dll.
E. Induk Disiplin Psikolinguistik
Psikolinguistik merupakan gabungan dari psikologi
dan linguistik,maka muncul pertanyaan :apa induk disiplin psikolinguistik
itu,linguistik atau psikologi.beberapa pakar berpendapat,psikolinguistik
berinduk pada psikologi karena istilah itu merupakan nama baru dari psikologi
bahasa (psychology of language) yang telah di kenal beberapa waktu sebelomnya
F. Pokok bahasan psikolinguistik
Didalam kurikulum pendidikan bahasa pada lembaga
pendidikan tenaga kependidikan mata kuliah psikolinguistik di masukkan dalam
kelompok mata kuliah “proses belajar mengajar”,dan bukan pada kelompok mata
kuliah psikolinguistik/kebahasaan.
BAB II
SEJARAH BERKEMBANGNYA
PSIKOLINGUISTIK
Pada abad awal yang silam terdapat dua aliran
filsafat yang saling bertentangan dan yang sangat mempengaruhi perkembangan
linguistik dan psikologi.yang pertama adalah aliran emperisme yang erat
kaitannya dengan psikologi asosiasi. Aliran empirisme malakukan kajian terhadap
data empiris atau objek yang dapat diobservasi dengan cara menganalisis
unsur-unsur pembentukannya sampai yang sekecil-kecilnya. Oleh karena itu,
aliran ini disebut bersifat atomestik, dan lazim dikaitkan dengan asosianisme
dan positivisme.
1. Psikologi
dan linguistik
Dalam sejarah kajian linguistik, ada sejumlah pakar
linguistik yang menaruh perhatian, diantaranya:
Von Humboldt (1767-1835),
pakar linguistik berkebangsaan jerman, telah mencoba mengkaji hubungan antara
bahasa (linguistik) dengan pemikiran manusia (psikologi).
Edward Safir (1884-1939),
pakar linguistik dan antropologi bangsa Amerika, telah mengikutsertakan
psikologi dalam pengkajian bahasa. Menurutnya psikologi dapat memberikan dasar
ilmiah yang kuat dalam pengkajian bahasa.
2. Linguistik
dalam psikologi
Dalam sejarah perkembangan psikologi ada sejumlah
pakar psikologi yang menaruh perhatian pada linguistik. Diantaranya:
Jhon Dewey (1859-1952),
pakar psikologi berkebangsaan Amerika seorang empirisme murni. Beliau telah
mengkaji bahasa dan perkembangannya dengan cara menafsirkan analisis linguistik
bahasa kanak-kanak berdasarkan prinsip-prinsip psikologi.
Wundt (1832-1920),
ahli psikologi berkebangsaan Jerman, orang pertama yang mengembangkan secara
sistematis teori mentalistik bahasa. Beliau menyatakan bahwa bahasa adalah alat
untuk melahirkan pikiran.
3. Kerja
sama psikologi dan linguistik
Kerja sama secara langsung antara disiplin
linguistik dan psikologi sebenarnya dimulai sejak 1860, yaitu oleh Heyman Steinthal,
seorang ahli psikologi yang beralih menjadi ahli linguistik, dan Moritz Lazarus
seorang ahli linguistik yang beralih menjadi ahli psikologi dengan
menertbitkan sebuah jurnal yang khusus membicarakan masalah psikologi bahasa
dari sudut linguistik dan psikologi.
4. Psikolinguistik
sebagai disiplin mandiri
Secara formal kelahiran psikolinguistik ditandai
dengan dibukanya satu program khusus psikolinguistik pada tahun 1953 oleh R.
Brown. Sarjana pertama (Ph.D.) yang dihasilkan oleh program ini adalah Eric
Lenneberg, yang kemudian sangat besar peranannya dalam bidang psikolinguistik.
5. Tiga
generasi dalam psikolinguistik.
a. psikolinguistik
generasi pertama
adalah
psikolinguistik dengan para pakar yang menulis artikel dalam kumpulan karangan
berjudul Psycholinguistics.
b. Psikolinguistik
generasi kedua
Menurut Mehler dan
Noizet, psikolinguistik generasi kedua telah dpat mengatasi ciri-ciri otomistik
dari psikolinguistik Osgood-Sebeok. Psikolinguistik generasi kedua berpendapat
bahwa dalam proses berbahasa bukanlah butir-butir bahasa yang diperoleh, melainkan
kaidah dan sistem kaidahlah yang diperoleh.
c. psikolinguistik
generasi ketiga
ada tiga ciri utama
psikolinduistik dalam generasi ketiga, yakni
pertama orientasi
mereka kepada psiklogi, tetapi bukan psikologi perilaku.
Kedua keterlepasan
mereka dari kerangka “psikolinguistik kalimat” dan keterlibatan dalam
psikolinguistik yang berdasarkan situasi dan konteks.
Ketiga adanya
satu pergeseran dari analisis mengenai proses ujaran yang abstrak (persepsimya)
ke satu analisis psikologis mengenai komunikasi dan perpikiran.
BAB III
BAHASA DAN BERBAHASA
1. Hakikat
bahasa
Para
pakar linguistik deskriptif biasanya mendefinisikan bahasa sebagai “satu sistem
lambang bunyi yang bersifat arbitrer,” yang kemudian lazim ditambah dengan
“yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan
mengidentifikasi diri.” (Chaer, 2994)
2. Asal
usul bahasa
Menurut
pendapat F. B. Condillac seorang filsuf bangsa prancis berpendapat bahwa bahasa
itu berasal dari teriakkan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat naluri
yang dibangkitkan oleh perasaan atau emosi yang kuat
Menurut
pendapat Von schlegel, seorang ahli filsafat bangsa jerman, berpendapat bahwa
bahasa-bahasa yang ada di dunia ini tidak mungkin bersumber satu bahasa.
asal-usul bahasa itu sangat berlainan tergantungan pada faktor-faktor yang
mengatur tumbuhnya bahasa itu. Ada bahasa yang lahir dari onomatope, ada yang
lahir dari kesadaran manusia dan sebagainya.
3. Fungsi-fungsi
bahasa
Ada
lima fungsi bahasa menurut Kinneavy disebut fungsi ekspresi, fungsi
informasi,fungsi eksplorasi, fungsi persuasi, dan fungsi entertainment.(Michel,
1967:51.)
4. Struktur
bahasa
a. Tata
bahasa
Menurut teori linguistik generatif-transformasi
setiap tata bahasa suatu bahasa terdiri dari tiga buah komponen fonologi,
komponen sintaksis, dan komponen semantik.
b. Struktur
dalam dan struktur luar
Menurut
linguistik generatif-transformasi setaip kalimat yang kita lahirkan mempunyai
dua struktut yaitu struktur dalam dan stuktur luar.
Struktur dalam adalah struktur kalimat itu secara
abstrak yang berada didalam otak penutur sebelum kalimat itu diucapkan.
Struktur
luar adalah struktur kalimat itu ketika diucapkan yang dapat kita dengar. Jadi
bersifat kongkrit.
c. Komponen
tata bahasa
1. Komponen
sintaksis
Menurut teori ini sintaksis merupakan komponen
komponen sentral dalam pembentukan kalimat, disamping komponen semantik dan
komponen fonologi.
2. Komponen
semantik
Teori linguistik generatif transformasi standar
mengakui bahwa makna suatu kalimat sangat tergantung pada beberapa faktor yang
saling berkaitan dengan lainnya. Antara lain (a) makna leksikal kata yang
membentuk kalimat, (b) urutan kata dalam organisasi kalimat, (c) intonasi, cara
kalimat diucapkan atau dituliskan, (d) konteks situasi tempat kalimat itu
diucapkan, (e) kalimat sebelum dan sesudah yang menyertai kalimat itu, dan (f)
faktor-faktor lain.
3. Komponen
fonologi
Komponen fonologi adalah sistem bunyi suatu bahasa.
Komponen fonolgi ini, sebagai komponen ketiga dalam tata bahasa generatif
transformasi memiliki rumus-rumus fonologi yang bertugas mengubah struktur-luar
sintaksis menjadi representasi fonetik yaitu bunyi-bunyi bahasa yang kita
dengar di ucapkan oleh seorang penutur
BAB IV
HUBUNGAN BERBAHASA,BERFIKIR,DAN
BERBUDAYA
1. Teori wilhelm Von Humboldt
Wilhelm
von humboldt,sarjana jerman abad ke-19,menekankan adanya ketergantungan
pemikiran manusia pada bahasa.maksudnya ,pandangan hidup dan budaya suatu
masyarakat di tentukan oleh bahasa dan masyarakat itu sendiri
2. Teori sapir Whorf
Mengatakan
bahwa manusia hidup didunia ini di bawah “belas kasih”bahasanya yang telah
menjadi alat pengantar dalam kehidupannya bermasyarakat.
3. Teori Jean Peaget
Berbeda
dengan pendapat sapir dan whorf, piaget, sarjana perancis, berpendapat justru
pikiranlah yang membentuk bahasa.tanpa pikiran bahasa tidak akan ada.pikiran
yang menentukan aspek-aspek sintaksis dan leksikon bahasa ,bukan sebaliknya
4. Teori L.S. Vygotsky
Vygotsky sarjana bangsa rusia,berpendapat adanya
satu tahap perkembanagan bahasa sebelom adanya fikiran.dan adanya satu tahap
perkembangan pikiran sebelom adanya bahasa.
5. Teori Noam Chomsky
Mengenai hubungan bahasa dan pemikiran noam chomsky
mengajukan kembali teori klsik yang disebut hipotesisi nurani
(chomsky,1957,1965,1968)
6. Teori Eric Lenneberg
Berkenan dengan masalah hubungan bahasa dan
pemikiran,eric lennerberg mengajukan teori yang di sebut teori kemampuan bahasa
khusu (lennerberg,1964).
7. Teori brune
Berkenaan dengan masalah hubungan bahasa dan
pemikiran,bruner memperkenalkan teori yang di sebut teori
instrumentalisme,menurut teori ini bahasa adalah alat pada manusia untuk
mengembangkan dan menyempurnakan pemikiran itu
8. Kekontroversialan Hipotesis
Sapir-Whorf
Teori-teori
atau hipotesis-hipotesis yang dibicarakan di atas tampak cendrung saling
bertentangan.
Di
antara teori atau hipotesis diatas, barang kali hipotesis Safir-Whorf lah yang
paling kontroversial. Hipotesis ini yang menyatakan bahwa jalan pikiran dan
kebudayaan suatu masyrakat di tentukan atau dipengaruhi oleh struktur
bahasanya, banyak menimbilkan kritik dan reaksi hebat dari para ahli filsafat,
linguistik, psikologi, psikolinguistik, antropologi, dan lain-lain. Carroll
(1963:11. 9).
Untuk
menguji hipotesis Sapir-Whorf itu, Farb (1974) mengadakan peneltian terhadap
sejumlah wanita Jepang yang menikah dengan orang Amerika dan tinggal di
Fransisco, Amerika. Dari penelititan itu, Farb menarik kesimpulan bahwa bahasa
bukan menyebabkan perbedaan-perbedaan kebudayaan, tetapi hanya mencermikan
kebudayaan tersebut. Bahasa jepang menceminkan kebudayaan Jepang, dan bahasa
Inggris mencerminkan kebudyaan Inggris.
Mengenai
hubungan bahasa dan kebudayaan, dalam teori-teori diatas kiranya memang tampak
kurang dibicarakan. Hal ini karena adanya pendapat umum di anatara
(Kuntjaraningrat, 1974, Masinambou, 1985).
Suatu
permasalaha lagi dari persoalan hubungan bahasa, pemikiran, dan kebudayaan ini
adalah apa bedanya kebudayaan dengan pemikiran atau pemandangan hidup (Weltanschaung).
Bukankah kebudayaan itu sama dengan pandangan hidup? Masalah ini sukar dijawab;
para sarjanapun berbeda pendapat mengenai hal ini. Namun, satu hal yang tidak
dapat disanggah oleh siapapun, bahwa kebudayaan adalah milik suatu masyarakat,
sedangkan pemikiran adalah milik perseorangan. Anggota-anggota masyarakat yang
memiliki kebudayaan yang sama sering memiliki pemikiran atau pandangan.
BAB V
TEORI-TEORI LINGUISTIK
Ada empat
teori atau aliran linguistik yang sedikit banyak punya kaitan dengan masalah
psikologi, baik kognitif maupun behavioristik, dengan para tokohnya agar kita
mempunyai gambaran yang lebih menyeluruh dan komprehensif, dan bisa memahami
masalah psikolinguistik dengan lebih baik.
1. Teori
Ferdinand De Saussure
Ferdinand De Saussure
(1858-1913) adalah seorang linguis Swiss yang sering disebut-sebut sebagai
bapak atau pelopor Linguistik Modern karena pandangan-pandangannya yang baru
mengenai studi bahasa.
De Saussure menjelaskan
bahwa perilaku bertutur atau tindak tutur sebagai satu rangkaian hubungan
antara dua orang tau lebih, seperti antara A dan B. Perilaku ini terdiri dari
dua kegiatan yaitu bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar dibatasi oleh
mulut dan telinga sedangkan bagian dalam oleh jiwa atau akal yang terdapat
dalam otak pembicara dan pendengar.
Menurut De Saussure
linguistik murni mengkaji langue, bukan parole maupun langage. Teori linguistik
De Saussure tidak mengikutsertakan parole. Alasan De Saussure mengkaji langue
adalah sebagai berikut.
1. Langue
bersifat sosial sedangkan parole bersifat individual. Kedua sifat ini saling
bertentangan. Langue berada di dalam otak. Belajar langue bersifat sosial dalam
pengertian sinkronik, sedangkan parole bersifat idiosinkronik karena ditentukan
secara perseorangan.
2. Langue itu
bersifat abstrak dan tersembunyi di dalam otak sedangkan parole selalu
bergantung pada kemauan penutur dan bersifat intelektual.
3. Langue adalah
pasif sedangkan parole adalah aktif.
Jadi, menurut De Saussure linguistik haruslah
mengkaji langue karena adalah fakta sosial sedangkan parole merupakan perlakuan
individual, dan hanya merupakan embrio dari langage.
Tanda linguistik seperti yang disebutkan dalam
definisi di atas mempersatukan sebuah konsep dengan sebuah imaji bunyi. Jadi,
bukan mempersatukan nama dengan benda seperti nama pohon dengan sebuah pohon
sebagai bendanya.
2. Teori
Leonard Bloomfield
Leonard
Bloomfield (1887-1949) seorang tokoh lingbuistik Amerika, sebelum mengikuti
aliran behaviorisme dari Watson dan Swiss, adalah penganut paham mentalisme
yang sejalan dengan teori psikologi Wundt. Kemudian beliau menentang mentalisme
dan mengikuti aliran perilaku atau behaviorisme.
Menurut
Bloomfield bahasa itu terdiri dari sejumlah isyarat atau tanda
berupa unsur-unsur vokal (bunyi) yang dinamakan bentuk-bentuk linguistik.
Setiap bentuk adalah sebuah kesatuan isyarat yang dibentuk oleh fonem-fonem
(bloomfield, 1933;158).
Fonem
adalah satuan bunyi terkecil dan distingtif dalam leksikon suatu bahasa seperti
bunyi [u] pada kata bahasa indonesia [bakul] karena kedua kata itu [bakul] dan
[bakal]. Di sini kita lihat berbedanya bunyi [u] dari bunyi [a].
Frase
adalah unit yang tidak minimum yang terdiri dari dua bentuk bebas atau lebih.
Umpanya dalam kalimat “adik saya sudah mandi” terdapat dua frase yaitu frase
“adik saya” dan frase “sudah mandi”
Kata
adalah bentuk bebas yang minimum yang terdiri dari satu bentuk bebas dan
ditambah bentuk-bentuk yang tidak bebas. Misalnya, pukul, pemukul dan pukulanadalah
kata, sedangkan pe-, dan -an bukan
kata; tetapi semuanya adalah morfem.
Kalimat
adalah ujaran yang tidak merupakan bagian dari ujaran lain dan merupakan satu
ujaran yang maksimum.
Bloofield
dalam analisisnya berusaha memenggal-menggal bagian-bagian bahasa itu, serta
menjelaskan hakiakt hubungan di antara bagian-bagian itu.
3. Teori
John Rupert Firth
John
Rupert Firth (1890-1960) adalah seorang linguis inggris yang pada tahu 1944
mendirikan linguistik deskriptif di London. Menurut Firth dalam kajian
linguistik yang paling penting adalah konteks. Tiap-tiap konteks mempunyai
peranan sebagai lingkungan untuk unsur-unsur
Tiap tingkat bahasa itu.
Sebagai
linguis Firth dikenal juga sebagai tokoh analisi prosodi atau fonologi prosodi.
Menurutnya analisi prosodi dapat digunakan untuk menganalisis bahasa dan
membuat pernyataan-pernyataan yang sistematis dari analisis ini yang didasarkan
pada penelitian yang mendalam terhadap data bahasa serta menggunakan
istilah-istilah dan kategori-kategori yang sesuai.
Secara
singkat bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prosodi menurut teori Firth
adalah struktur kata beserta ciri-ciri khas lagu kata itu sebagai sifat-sifat
abstraksi tersendiri dalam keseluruhan fonologi bahasa itu. Jadi, yang termasuk
kedalam fitur-fitur prosodi satu kata adalah:
(1) Jumlah suku kata
(2) Hakikat suku katanya: terbuka
tau tertutup
(3) Kualitas suku-suku kata
(4) Urutan bunyi-bunyi vokal
(5) Urutan suku-suku kata
(6) Tempat, hakikat, dan kuantitas
bunyi-bunyi penting
(7) Kualitas “gelap” atau “”terang
dari suku-suku kata
(8) Ciri-ciri hakiki lagu suku kata
dan juga potongan kalimat tempat kata itu terdapat
4. Teori
Noam Chomsky
Menurut Teori
Chomsky untuk dapat menyusun tat bahasa dari suatu bahasa yang masih hidup
(masih digunakan dan ada penuturnya) haruslah ada teori umum mengenai apa yang
membentuk tata bahasa itu. Teori umum itu adalah satu teori ilmiah
yang disusun berdasarkan satu korpus ujaran yang dihasilkan oleh para bahasawan
asli bahasa itu. Dengan korpus ujaran itu dapat di tarik kesimpulan-kesimpulan umum
atau kaidah-kaidah umum tata bahasa yang dapat digunakan untuk memprediksikan
semua ujaran yang daapt dihasilkan oleh seorang penutur asli bahasa itu.
BAB VI
TEORI PEMBELAJARAN DALAM PSIKOLOGI
Teori-teori
pembelajaran yang berkembang pada abad ke-20 ini, yang tampaknya saling
bertentangan dan saling melengkapi pada dasarnya dapat dibagi dalam dua
kelompok besar.
1. Teori-teori
Stimulus – Respons
Disebut
teori stimulus-respons karena teori ini memiliki dasar pandangan bahwa perilaku
itu, termasuk perilaku berbahasa, bermula dengan adanya stimulus (ransangan,
aksi) yang segera menimbulkan respons (reaksi, gerak baals).
a. Teori
pembiasaan klasik dari Pavlov
Teori
pembiasaan klasik ini merupakan teori pertama dalam kelompok teori
stimulus-respons. Teori ini ditemukan secara kebetulan oleh Ivan P. Pavlov
(1848-1936) seorang ahli fisiologi bangsa Rusia. Sewaktu beliau mengkaji proses
pencernaan hewan, dia mendapati bahwa sebelum seekor anjing mulai memakan
makanan, air liurnya telah telah lebih dahulu keluar. Setiap anjing yang
diamati melihat makanan, air liur anjing selalu keluar. Maka Pavlov ingin
melatih anjing itu untuk mengeluarkan air liurnya sekalipun makanan tidak
diberikan.
b. Teori
penghubung dari Thorndike
Teori
penghung diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1919), seorang ahli
psikologi berkebangsaan Amerika. Teori ini dimulai dengan sebuah eksperimen
yang disebut trial and error. Dalam eksperimen itu Thorndike menempatkan seekor
kucing di dalam sebuah sangkar besar. Sangkar itu dapat dibuka dari dalam
dengan menekan sebuah engsel. Dalam usahanya untuk keluar kucing itu
mencakar-cakar kesana kemari; lalu secara kebetulan kakinya menginjak engsel
sehingga pintu sangkarpun terbuka dan dia bisa keluar. Eksperimen ini diulang
oleh Thorndike dan kucing itu berperangai yang sama. Setelah eksperimen itu
beberapa kali dilakukan berturut-turut jumlah waktu yang diperlukan oleh kucing
untuk membuka pintu sangkar itu semakin sedikit dan akhirnya dia dapat membuka
pintu sangkar itu dengan segera tanpa harus mencakar dulu ke sana ke mari.
c. Teori
Behaviorisme dari Watson
Di
Amerika Serikat Watson dikenal sebagai bapak behaviorisme karena
prinsip-prinsip pembelajaran barunya berdasarkan teori stimulus-respons yang
juga dalam persaingan dengan teori struktualisme dan mentalisme Wundt. Menurut
behaviorisme yang dianut oleh Watson tujuan utama psikologi adalah membuat
prediksi dan pengendalian terhadap perilaku; dan dan sedikitpun tidak ada
kaitannya dengan kesadaran.
d. Teori
kesegaran dari Guthrie
Teori
kesadaran atau kedekatan (dalam bahasa Inggris Lazim disebut
temporal contiguity atau contigous conditioning) diperkenalkan oleh Guthrie.
Menurutnya kesegaran hubungan diantara satu gabungan stimulus-respons akan
memperbesar kemungkinan berulangnya pola pasangan stimulus-respons ini. Jadi
kesegaran merupakan kunci pembelajaran dalam teori ini, dan bukannya penguatan.
e. Teori
pembiasaan operan dari Skinner
Teori
pembiasaan operan (sering juga disebut pembiasaan instrumental) diperkenalkan
oleh B. F. Skinner seorang ahli psikologi Amerika yang dikenal sebagai tokoh
utama aliran neobehaviorisme. Teori ini pun dikenal sebagai aliran
neobehaviorisme karena sebenarnya teori ini adalah bentuk baru dari
behaviorisme.
f. Teori
Pengurangan Dorongan dari Hull
Teori
pengurangan dorongan atau ketegangan yang termasuk kelompok teori S-R,
diperkenalkan oleh Clark Hull (1952) yang dibentuk berdasarkan teori Pavlov.
Yang dimaksud dengan teori dorongan adalah keadaan tegang sementara yang
dialami oleh keperluan-keperluan fisik seperti keadaan lapar atau haus. Teori
ini mempunyai empat peringkat pembelajaran; (a) variabel bebas yang dapat
berdiri sendiri, (b) peringkat kedua dan ketiga berupa variabel penengah, dan
(c) variabel tidak bebas.
g. Teori
Mediasi dari Osgood
Teori
mediasi diperkenalkan oleh Osgood (1953, 1962). Teori mediasi ini telah
merintis lahirnya teori-teori kognitif kerena mengakui adanya mediasi atau
penengah diantara rangsangan (stimulus) dan gerak balas (respons).
h. Teori
dua faktor dari Mouwer
Teori
ini yang masih termasuk golongan teori S- R diperkenalkan oleh D. Hobart Mouwer
(1960). Teori ini disebut teori dua faktor yang disempurnakan karena menurut
Mouwer ada dua jenis pengukuhan, padahal teori sebelumnya hanay menganggap ada
satu jenis pengukuhan. Kedua jenis pengukuhan itu, menurut Mouwer, adalah:
1. Pengukuhan
bertambah (incremental reinforcement)
2. Pengukuhan
berkurang (decremental reinforcement)
2. Teori-teori
kognitif
Yang dimaksud teori kognitif ialah pengkajaian
bagaimana caranya persepsi mempengaruhi perilaku dan bagaimana caranya
pengalaman mempengaruhi persepsi. Dengan kata lain, teori kognitif mencoba
mangkaji proses-proses akal atau mental yang berlaku pada waktu proses
pembelajaran berlangsung.
Ada beberapa teori yang dikembangkan oleh
masing-masing ahli sebagai berikut:
1. Teori
behaviorisme dari Tolman
2. Teori medan
gestalt dari Wertheimer
Dalam menjelaskan persepsi ini teori gestalt
memperkenalkan lima buah hukum organisasi sebagai berikut:
· Hukum
pragnanz
· Hukum
kesamaan
· Hukum
proksimiti atau kedekatan
· Hukum
penutupan
· Hukum
kelanjutan baik
3. Teori medan
dari Lewin
4. Teori
perkembangan kognitif dari piaget
Piaget telah mendefinisikan setiap peringkat sebagai
satu struktur dari satu keseluruhan; setiap peringkat dapat diintegrasikan oleh
peringkat sebelumnya. Menurut Piaget ada empat buah peringkat
penting dalam perkembangan kecerdasan keempat peringkat itu adalah berikut.
· Tahap
deria-motor
· Tahap
praoperasi
· Tahap
operasi kongkret
· Tahap
operasi formal
5. Teori genetic
kognitif dari Chomsky
Untuk lebih memperkuat teorinya atau hipotesisnya
Chomsky mengajukan hal-hal berikut.
· Proses-proses
pemerolehan bahasa pada semua kanak-kanak boleh dikatakan sama.
· Proses
pemerolehan bahasa tidak ada kaitannya dengan keserdasan.
· Proses
pemerolehan bahasa juga tidak dipengaruhi oleh motivasi dan emosi kanak-kanak.
· Tata
bahasa yang dihasilkan oleh semua kanak-kanak boleh dikatakan sama.
BAB VII
ASPEK
NEUROLOGI BAHASA
1. Struktur,
fungsi dan pertumbuhan otak
Otak adalah satu komponen dalam system ssunan saraf
manusia. Komponen lainnya adlah sum-sum tulang belakang dan saraf tepi.
Otak seorang bayi kerika baru dilahirkan beratnya
hanyalah kira-kira 40% dari berat otak orang dewasa.
Perbedaan otak manusia dengan makhluk lain seperti
kera dan simpanse bukan hanay terletak pada beratnya saja, melainkan struktur
dan fungsinya. Pada otak manusia ada bagian-bagan sifatnya dapat disebut
manusiawi, seperti bagian-bagian yang berkenaan dengan pendengaran, ujaran, dan
sebagaunya. Pada otak makhluk lain tidak ada bagiab-bagian yang berkenaan
dengan ujaran itu. Sebaliknya, pada otak makhlik lain banyak
bagian-bagian yang berhubungan dengan insting; sedangkan pada otak
manusia tiadak banyak. Ini berarti perbuatan makhluk lain lebih banyak
dikendalikan oleh insting: dan perbuatan manusia bukan hanya karena insting.
2. Fungsi
kebahasaan otak
Sudah dikemikakan bahwa fungsi kedua hemisfer otak
mempunyai peranan yang berbeda bagi fungsi kortikal. Fungsi bicara bahasa
dipusatkan pada hemisfer kiri bagi orang yang tidak kidal. Humosfer kiri ini
disebut juga hemisfer dominan bagi bahasa, dan korteksnya dinamakan korteks bahasa.
Hemisfer dominan lebih berat lebih besar girusnya dan lebih panjang.
Pada tahun 1848 phineas gage seorang pekerja jalan
kereta api di Negara vermount, amerika serikat, akibat ledakan bagian depan
kepalanya terkena lemparan balok bantalan rel, dan mencederainya (fromkin dan
rodmanm 1974). Saat itu gage yang terkena lemparan balok itu tidak sembuh.
Namun sebulan kemudian ternyata dia sembuh dan dapat bekerja kembali dan tidak
terdapat kerusakan pada indra penglihatan maupun pengucapannya. Dia tetap dapat
berbicara dengan lancer. Berdasarkan kejadian ini dapat disimpulkan bahwa
daerah kemampuan berbahasa tidak terletak dibagian depan otak. Hal ini
membantah franx josep gall (1758-1828) yang mengatakan bahwa kemampuan memori
verbal mempunyai pusat dibagian depan otak (kusumaputro, 1981).
Hasil penelitian tentang kerusakan otak mengarah
paad kesimpulan bahwa hemisfer kiri dilibatkan dalam hubungannya dengan fungsi
bahasa. Krashen mengemukakan lima alasan yang mendasari kesimpulan itu, kelima
alasan itu adalah berikut ini;
1. Hilangnya
kemapuan berbahasa akibat otak lebih sering disebabkan oleh kerusakan jaringan
saraf hemisfer kiri daripada hemiser kanan.
2. Ketika
hemisfer kiri dianestesia kemampuan berbahasa menjadi hilang; tetpi hemisfer
kanan dianestesia kemampuan berbahasa tetap ada.
3. Sewaktu
bersaing ketika menerima masukan bahasa secara bersamadalam tes dikotik,
ternyata telinga kanan lebih unggul dalam ketepatan dan kecepatan pemahaman
daripada telinga kiri.
4. Ketika materi
bahasa diberikan melalui penglihatan mata kanan dan mata kiri, maka
ternyata penglihatan mata kanan lebih cepat dan lebih tepat dalam menangkap
materi bahasa itu daripada penglihatanmata kiri.
5. Pada waktu
melakukan kegiatan berbahasa baik secara terbuka maupun tertutup, hemisfer kiri
menunjukkan kegiatan elektris lebih hebat daripaad hemisfer kanan. Hal ini
diketahui melalui analisis gelombang otak.
3. Teori
lateralisasi
Banyak pakar psikologi yang meragukan teori
lateralisasi, bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada dalam hemisfer kiri.
Mereka berpendapat seluruh otak bertanggung jawab dan terlibat dalam proses
pemahaman dan produksi bahasa. Namun demikian dari bukti-bukti eksperimen yang
dilakukan terhadap otak yang normal (bukan otak yang seperti yang dilakukan
broca dan wernicke), kebenaran teori lateralisasi iitu bisa dipertimbangkan.
Berikut dikemukakan eksperimen yang pernah dilakukan untuk menyokong teori
lateralisasi itu.
a. Tes
menyimak rangkap
b. Tes stimulus
elektris
c. Tes
garfik kegiatan elektris
d. Tes wada
e. Teknik
fisiologi langsung
f. Teknik
belah dua otak
4. Teori
lokalisasi
Teori lokalisasi atau lazim disebut juga disebut
pandangan lokalisasi berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan beraad
didaerah broca dan daerah wernicke seperti sudah disebut-sebut sebelumnya.
Adapun beberapa cara lain untuk menunjukkan teori
lokalisasi ini. Antara lain sebagai nerikut:
a. Teknik
stimulus elektrik
Teknik ini dilakukan dengan cara menstimulisasikan
bagian-bagian tertentu permukaan korteks dengan aliran listrik, seperti yang
telah dilakukan dua ahli bedah saraf.
Mereka menemukan hanya pada tiga bagian saja yang
terdapat kelainan-kelainan-kelainan yang merusak bahasa. Ketiga tempat itu
adalah berikut ini:
1. Bagian depan
girus tangah sebelah bawah lobus depan kiri, yaitu bagian yang sekarang
dikenaldengan daerah broca.
2. Bagian atau
medan temporo parietal posterior, yaitu yang sekarang disebut sebagai daerah
wernicke.
3. Medan motor
suplementer yang terdapat pada permukaan tengah belah korteks
sebelah kiri, yaitu yang sekarang disebut dengan korteks motor.
b. Teknik
perbedaan anatomi otak
Dalam berbagai literature mengenai teori lokalisasi
muncul satu pertanyaan jika pusat-pusat bahasa hanya berada pada hemisfer kiri,
tentu kedua henisfer itu kiri dan kanan tidak semetris, hemisfer kiri tentu
lebih besar daripada hemisfer kanan. Benarkah?
Untuk menjawab pertanyaan ini dua orng tokoh telah
menganalisis secaar terperinci 100 otak manusia normal setelah mereka
meninggal. Keduanya menemukan bahwa planun temporate yaitu daearh dibelakang
girus jauh lebih besar daripad hemisfer kiri. Bahkan perbedaan ini dapat
langsung dilihat dengan mata.
c. Cara
melihat otak dengan PET (Positron emission tomoghrapy)
Dengan PET kita melihat bagian-bagian otak, terutama
bagian-bagian korteks, pada waktu bagian-bagain itu sedang berfungsi. Caranya,
setengah jam sebelum kepala pasien dimasukkan ke PET . cairan glukosa
beradioaktif diinjeksikan kelengannya. Jika suatu bagian otak bekerja aktif dia
memerlukan glukosa yang banyak. Maka dengan pertolongan glukosa ini
proses-proses pemikiran yang bekerja dan memersinarerlukan glukosa akan tampak
bersinar, berwarna merah dan bergerak-gerak.
5. Hemisfer
yang dominan
Pada dua dasawarsa terakhir teori atau pandangan
lokalisasi banyak mendapat kritik seperti dilontarkan Yule (1985), Whitaker
(1977), san krasen (1977) sebagai akibat dari perkembangan penelitian lebih
lanjut.
Kritik terhadap teori lateralisasi dan lokalisasi
sebagai hasil penelitian lebih lanjut berujung pada lahirnya hipotesis adanya
hemisferr yang dominan yang mungki pada hemisfer kiri dan mungkin pula pada
hemisfer kanan.
6. Otak
wanita
Majalah femina telah menurunkan artikel berjudul
“otak kita, keunggulan kita” dan yang dimaksud dengan kita disisni adalah
wanita. Telah dibuktikan bahwa otak wanita berfungsi secara berbeda dengan otak
pria, dan dalam beberapa hal perbedaan itu membuat wanita lebih unggul.
Dimanakah letak keunggulan otak wanita. Diantaranya:
§ Otak wanita lebih seimbang
§ Otak wanita lebih tajam
§ Lebih awet dan selektif
7. Peningkatan
kemampuan otak: membaca dengan kedua belah otak
Menurut diane Alexander lambannya kecepatan membaca
dan minimnya daya ingat seseorang terhadap yang dibacanya adalah karena tidak
terfokusnya mata pada apa yang dibacanya. Seringkali ketika menghadapi sebuaha
halaamn buku, mata lari kederetan kata diseluruh halaman dan bukan pada satu
deretan kalimat yang dibaca.
8. Pemberbahasaan
hewan
Mengerti bahasa dan dapat berbahasa merupakan dua
hal yang berbeda. Hewan-hewan yang dilatih seperti dalam sirkus, memang
mengerti bahasa karena dia dapat melakukan perbuatan yang diperintah kan
kepadanya, namun kemengertiannya itu sebenarnya bukanlah karena ia mengerti
bahasa melainkan sebagai hasil dari repon yang dikondisikan.
Meskipun demikian banyak pakar yang telah mencoba
mengajarkan bahasa manusia kepada hewan primate (hewan yang secara organis
dekat dengan manusia), yakni simpanse. Di antara pakar itu adalah sebagai
berikut.
a. Keith J.
hayes dan Catherine Hayes
b. R. allen
gardner dan Beatrice T. gardner
c. David
premack dan Ann premack
BAB VIII
GANGGUAN BERBAHASA
Manusia yang normal
fungsi otaknya tentu dapat berbahasa dengan baik. Namun, mereka yang memiliki
kelainan fungsi otak dan alat bicaranya tentu mempunyai kesulitan dalam
berbahasa, baik produktif maupun reseptif. Jadi, kemampuan berbahasanya
terganggu.
Secar medis menurut
sidharta (1984) gangguan berbahasa itu dapat dibedakan atas beberapa golongan
diantaranya:
1. Gangguan berbicara
Nerbicara merupakan aktivitas motorik yang mengandung
modalitas psikis. Oleh karena itu gangguan berbicara ini dapat dikelompokkan
kedalam dua kategori.
(1) Gangguan
mekanisme berbicara
Mekanisme berbicara`adalah suatu proses produksi
ucapan (perkataan) oleh kegiatan terpadu dari pita suara, lidah,otot-otot yang
membentuk rongga mulut serta kerongkongan dan paru-paru.
(a) Gangguan
akibat factor pulmonal
Gangguan berbicara ini dialami oleh para penderita
penyakit paru-paru.
(b) Gangguan
akibat factor laringal
Gangguan pada pita suara dapat menyebabkan suara
yang dihasilakn menjadi serak atau hilang sama sekali.
(c) Gangguan
akibat factor lingual
Lidah yang sariawan atau terluka akan terasa pedih
kalau digerakkan. Dalam keadaan seperti ini maka ucapan sejumlah fonem menjadi
tidak sempurna
(d) Gangguan
akibat factor resonansi
Gangguan akibat resonansi ini menyebabkan suara yang
dihasilkan menjadi bersengau. Pada orang sumbing misalnay, suaranya menjadi
bersengau karena rongga mulut dan rongga hidung yang digunakan untu
berkomunikasi melalui defek dilangit-langit keras, sehingga resonansi yang
seharusnya menjadi terganggu.
(2) Gangguan
akibat multifaktorial
Gangguan akibat multifaktorial atau berbagai factor
bisa menyebabkan terjadinya berbagai gangguan berbicara. Antar lain adalah
berikut ini
(a) Berbicara
serempangan
Berbicara serempangan atau semberono adalh berbicara
dengan cepat sekali, dengan artikulasi yang rusak, ditambah dengan menelan
sejumlah suku kata, sehingga apa yang diucapkan sukar dipahami.
(b) Berbicara
propulsive
Berbicara propulsive biasanya terdapat pada para
penderita penyakit Parkinson (kerusakan pada otak yang menyebabkan otot-otot
menjadi gemetar)
(c) Berbicara
mutis (mutisme)
Penderita gangguan mutisme ini tidak berbicara sama
sekali. Sebagian dari mereka mungkin masih dapat dianggap membisu, yakni memang
sengaja tidak mau berbicara.
(3) Gangguan
psikogenik
Gangguan berbicara psikogenik ini sebenarnya tidak
bisa disebut sebagai suatu gangguan berbicara. Gangguan berbicara psikogenik
antara lain:
(a) Berbicara manja
Disebut berbicara manja karena ada kesan anak
(orang) yang melakukannya meminta perhatian untuk dimanjakan.
(b) Berbicara
kemayu
Berbicara kemayu (istilah dari sidharta, 1989)
berkaitan dengan perangai kewanitaan yang berlebihan.
(c) Berbicara
gagap
Gagap adalah berbicara yang kacau karena sering
tersendat-sendat, mendadak berhenti, lalu mengulang-ulang suku kata pertama,
kata-kata berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan kata-kata itu kalimat
dapat diselesaikan.
(d) Berbicara
latah
Latah sering disamakan dengan ekolalla, yaitu
perbuatan membeo, atau menirukan apa yang dikatakan orang lain; tetapi
sebenarnya latah adalah sindrom yang tediri atas curah verbal repetitive yang
brsufat jorok dan gangguan lokomotorik yang dapat dipancing.
2. Gangguan
berbahasa
Berbahasa berarti berkomunikasi dengan mengguanakan
suatu bahasa. Bagaima kemampuan berbahasa dikuasai manusia, berkaitan erat dan
sejalan dengan perkembangan manusia yang bar lahir itu. Kanak-kanak yang lahir
dengan alat artikulasi yang normal akan dapat mendengar kata-kata dengan
telinganya dengan baik dan juga akan dapat menirukan kata-kata itu. Pada
mulanya ucapan tiruan itu Cuma mirip, tetapi lambat lau akan menjadi
tegas dan jelas. Proses memproduksi kata itu berlangsung sejalan dengan proses
pengembangan pengenalan dan pengertian.
3. Gangguan
berpikir
Dalam sosiolinguistik ada dikatakan bahwa setiap
orang mempunyai kecendrungan untuk menggunakan perkataan-perkataa yang
disukainya sehungga corak bahasanya adalah khas bagi dirinya. Hal
ini dalam sosiolinguistik disebut idiolek atau ragam bahasa perseorangan.
Dalam memilih dan menunakan unsure leksikal,
sintaksis, dan semantic tertentu seseorang menyiratkan afeksi dan nilai
pribadinyapada kata-kata dan kalimat-kalimat yang dibuatnya. Hal ini berarti
memproyeksikan kepribadiannya terhadap gaya bahasanya. Oleh karena itu, bisa
disimpulkan bahwa ekspresi verbal yang terganggu bersumber dn disebabkan oleh
pikiran yang terganggu. Gangguan ekspresi verbal sebagai akibat dari gangguan
pikiran dapat berupa hal-hal berikut:
(a) Pikun (demensia)
Penyebab pikunini antara lain karena terganggunya
fungsi otak dalam jumlah besar, termasuk menurunnya jumlah zat-zat kimia dalam
otak.
(b) Sisofrenik
Sisofrenik adalah gangguan berbahasa akibat gangguan
berpikir.
(c) Depresi
Orang yang tertekan jiwanya memproyeksikan
penderitaanya pada gaya bahasa dan makna curah verbalnya, itulahyang
menyebabkan seseorang tertekan dan akhirnya menimbulkan depresi.
4. Gangguan
lingkungan social
Yang dimaksud dengan akibat factor lingkungan adalah
seorang anak manusia, yang aspek biologis bahasanya normal dari lingkungan
kehidupan manusia.
Dalam sejarah tercatat sejumlah kasus anak terasing
baik yang diasuh oleh hewan (serigala) maupun yang terasingkan oleh
keluarganya.
(a) Kasus kamala
Ketika baru ditemukan kamala diperkirakan berumur 8
tahun, dan adiknya berumur 2 tahun. Kamala masih bisa hidup sampai berumur 9
tahun kemudian sedangkan adiknya tak lama setelah ditemukan meninggal. Karena
hidup ditengah serigala, ia sangat mirip dengan serigala. Ia berlari cepat
sekali dengan kaki dan tangan; mengaum-aum; lebih sering bergaul dengan
serigala, tidak bercakap satu patah katapun; dan tidak terlihat adanya mimik
wajah emosi.
(b) Kasus genie
Ketika ditemukan tahun 1970, genie berada dalam kondisi
yang sangat kurang terlibat social, primitive, terganggu secara emosional,
dan tak dapat berbicara. Dia dikirik kerumah anak-anak Los Angeles dengan
diagnosis awal sebagai anak yang menderita kurang gizi yang parah.
Ketika pertama kali mendapat perawatan genie tidak
mampu menggunakan bahasa. Namun, dari evaluasi perawatan bulan-bulan pertama
didapat kesimpulan bahwa genie adalah anak yang terbelakang dan perilakunya
tidak seperti anak-anak lemah mental. Meskipun dia mengalami gangguan secar
emosional tetapi dia tidak mengalami gangguan fisik atau mental yang dapt
memperkuat keterbelakangannya. Jadi, keterbelakangannya adalah karena lamanya
tekanan psikososial dan fisik yang dialaminya.
BAB IX
PEMEROLEHAN BAHASA:
BEBERAPA HIPOTESIS
1. Hipotesis
Nurani
Hipotesi nurani lahir dari beberapa pengamatan yang
dilakukan para pakar terhadap pemerolehan bahasa kanak-kanak (lenneberg, 1967,
Chomsky, 1970). Diantara hasil pengamatan itu adalah berikut ini:
a. Semua
kanak-kanak yang normal akan memperoleh bahasa ibunya, asal saja
“diperkenalkan” pada bahasa ibunya itu. Maksudnya tidak diasingkan dari
kehidupan ibunya (keluarganya).
b. Pemerolehan
bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan kanak-kanak. Artinya baik
anak-anak yang cerdas maupun yang tidak cerdas akan memperoleh bahasa itu.
Proses pemerolehan bahasa oleh kanak-kanak dimana[un
sesuai dengan jadwal yangberat kaitannya dengan proses pematangan jiwa
kanak-kanak.
2. Hipotesis
Tabularasa
Tabularasa secara harfiah berarti kertas kosong
dalam arti belum ditulis apa-apa. Lalu hipotesis tabularasa ini menyatakan
bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong yang nanti
akan ditulis atau diisi dengan pengalaman-pengalaman.
Dalam hal ini menurut hipotesis tabularasa semua
pengetahuan dalam bahasa manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa adalah
merupaakn hasil dari integrasi peristiwa-peristiwa linguistic yand dialami dan
dinikmati oleh manusia itu
.
3. Hipotesis
Kesemestaan Kognitif
Dalam kognitifisme hipotesis kesemestaan kognitif
yang diperkenalkan oleh piaget telah digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan
proses-proses pemerolehan bahasa kanak-kanak.
Menurut teori yang didasarkan pada kesemestaan
kognitif diperoleh berdasarkan struktur-struktur kognitif deriamotor.
Struktur-stuktur ini diperoleh kanak-kanak melalui interaksi dengan orang-orang
sekitarnya.
Dari penjelasan diatas bisa dilihat hipotesis
kesemestaan kognitif dalam psikologi sana dengan hipotesis nurani mekanisme
dalam linguistic. Perbedaannya terletak hanya pada namanya saja karena
dikemukakan oleh dua disiplin ilmu berbeda yang saling mempengaruhi; hipotesis
kesemestaan kognitif oleh psikologi sedangakan nurani mekanisme oleh linguistic
modern.
Dewasa ini seperti juga dalam linguistic dalam
kognitifisme perhatian juga lebihditujukan kepada masalh makna, serta
peranannya dalam pemerolehan bahasa.
BAB X
PEMEROLEHAN SINTAKSIS
Banyak pakar
pemerolehan bahasa menganggap bahwa pemerolehan sintaksis dimulai ketika
kanak-kanak mulai dapat menggabungkan dua buah kata atau lebih (lebih kurang
ketika berusia 2:0 tahun). Karena itu, mereka menganggap tahap holoprasis tidak
berkaitan dengan perkembangan pemerolehan sintaksis.
Jika kanak-kanak
telah mencapai tahap dua atau lebih, icapan-ucapan nya juga menjadi semakin
banyak, dan mudah ditafsirkan. Oleh karena itulah penyelidik lebih cendrung
untuk memulai pengkajian pemerolehan bahasa itu pada tahap dua kata.
1. Teori
tataba hasa pivot
Kajian mengenai pemerolehan sintaksis oleh
kanak-kanak dimulai oleh braine (1963), bellugi (1964), brown dan fraser (1964)
dan miller dan erwin (1964). Menurut kajian awal ini ucapan dua kaat kanak-kanak
ini terdiri dua jenis kata menurut posisi dan frekuensi munculnya
kata-kata itu dalam kalimat. Kedua jenis kata ini dikenal dengan nama kelas
pivot dan kelas terbuka.
2. Teori
hubungan tata bahasa nurani
Sejalan dengan teori-teori hubungan bahasa nurani
ini (simanjuntak 1987) menyaran kan satu teori pemerolehan sintaksis yang
ditentukan oleh system generative transformasi yang telah menjadi pengetahuan
kanak-kanak.
3. Teori
hubungan tata bahasa dan informasi situasi
Sehubungan dengan teori hubungan tatabahasa, blomm
(1970) mengatakan bahwa hubungan-hubungan tata bahasa tanpa merujuk pada
informasi situasi (konteks) belumlah mencukupi menganalisis ucapan
bahasa kanak-kanak. Maka untuk dapat ucapan kanak-kanak itu informasi situasi
ini perlu diperhatikan. Brown (1973) juga memperkuat pendapat bloom
ini.
4. Tori
komulatif kompleks
Teori ini dikemukakan oleh Brown (1973) berdasarkan
data yang dikumpulkannya. Menurutnya, urutan pemerolehan sintaksis oleh
kanak0kanak ditentukan oleh komulatif kompleks semantic morfem dan komulatif
kompleks tata bahasa yang sedang diperoleh itu. Jadi sama sekali tidak
ditentukan oleh frekuensi morfem atau kata-kata didalam ucapa
orang dewasa.
5. Teori
pendekatan semantic
Salah satu teori tata bahasa yang didasarkan pada
komponen semantic diperkenalkan oleh Fillmore (1968) yang dikenal
dengan nama tata bahasa kasus. Teori ini telah digunakan oleh bowerman (1973)
dan brown (1973) sebagai dasar untuk menganalisa data-data perkembanagn bahasa.
Dalam teorinya fillmore enunjukkan bahwa transformasi-transformasi tata bahasa
tidak diatur oleh rumus-rumus sintksis, melainkan oleh hubungan semantic yang
ditandai oleh kategori-kategori kasus itu.
Perbedaan antara pendekatan semantic ini dengan
teori hubungan tata bahasa nurani adalah bahwa kalau teori tata bahasa nurani
menerapkan hubungan sintaksis dalam menganalisa struktur ucapan kanak-kanak,
maka teori pendekatan semantic menemukan struktur ucaapn itu berdasarkan
hubungan-hubungan semantic. Jadi, teori hubungan tata bahasa nurani menerapkan
struktur sintaksis orang dewasa.
BAB XI
PEMEROLEHAN SEMANTIK
Salam
perkembangan psikolinguistik ada beberapa teori mengenai proses pemerolehan
semantic. Diantaranya dibicarakan dibawah ini:
1. Teori
hipotesis fitur semantic
Menurut beberapa ahli psikolinguistik perkembangan,
kanak-kanak memperoleh makna suatu kata dengan cara menguasai fitur-fitur semantic.
Data itu satu demi satu sampai semua fitur semantic itu dikuasai seperti
yang dikuasai oleh orang dewasa.
Asumsi-asumsi yang menjadi dasar hipotesis
fitur-fitur semantic adalah:
a. Fitur-fitur
makna yang di gunakan kanak-kanak dianggap sama dengan beberapa fitur makna
yang digunakan oleh orang dewasa.
b. Karena
pengalaman kanak-kanak mengenai dunia ini dan mengenai bahasa masih sangat
terbatas bila dibandingkan dengan pengalaman orang dewasa, maka kanak-kanak
hanya akan menggunakan dua atau tiga fitur makna saja sebagai masukan leksikon.
2. Teori
hipotesis hubungan-hubungan gramatikal
Teori hipotesis hubungan-hubungan gramatikal ini
diperkenalkan oleh Mc. Neil (1970). Menurutnya, pada waktu dilahirkan
kanak-kanak telah dilengkapi dengan hubungan-hubungan gramatikal dalam yang
nurani.
Oleh karena itu, kanak-kanak pada awal proses
pemerolehan bahasanya telah berusaha membentuk satu “kamus makna kalimat” yaitu
setiap butir leksikal dicantumkan dengan semua hubungan gramatikal yang
digunakan secara lengkap pada tahap holoprasis.
3. Teori
hipotesis generalisasi
Teori hipotesis generalisasi ini diperkenalkan oleh
Anglin (1975-1977). Menurut Anglin perkembangan semantic kanak-kanak
mengukuti satu proses generalisasi yakni kemampuan kanak-kanak melihat
hubungan-huubungan semantic antara nama-nama benda mulai dari yang kongkret
sampai pada yang abstrak.
4. Teori
hipotesis primitif-primitif universal
Teori ini mula-mula diperkenalkan oleh postal
(1966), lalu dikembangkan oleh bierwisch (1970) dengan lebih terperinci.
Bierwisch (1970) manyatakan bahwa primitive-primitif
semantic atau komponen-komponen semantic ini mewakili kategori-kategori atau
prinsip-prinsip yang sudah ada sejak awal yang digunakan oleh manusia untuk
menggolong-golongkan struktur benda-benda atau situasi-situasi yang diamati
oleh manusia itu.
BAB XII
PEMEROLEHAN FONOLOGI
Berikut ini akan
dikemukakan beberapa teori mengenai pemerolehan fonologi oleh kanak-kanak
sebaagi bagian dari pemerolehan bahasa-ibu seutuhnya.
1. Teori
structural universal
Teori structural universal ini dikemukakan oleh
jakobson (1968). Oleh karena iu sering juga disebut teori jakobson. Pada
intinya teori ini mencoba menjelaskan pemerolehan fonologi berdasarkan
struktur-struktur universal linguistic, yakni hokum-hukum structural yang
mengatur setiap perubaha bunyi.
Menurut jakobson, seringnya sesuatu bunyi diucapkan
seorang dewasa terhadap kanak-kanak tidak menentukan munculnya bunyi tersebut
dalam ucapan kanak-kanak. Yang menetukan urutan munculnya bunyi-bunyi adalah
seringnya bunyi-bunyi itu muncul dalam bahasa-bahasa dunia. Jika bunyi-bunyi
sering muncul dalam bahasa dunia, maka bunyi-bunyi itu akan lebih dulu muncul
dalam ucapan kanak-kanak, meskipun itu jarang muncul dalam data masukan
yang didengar oleh kanak-kanak.
2. Teori
generative structural universal
Teori structural universal yang
diperkenalkan oleh jakobson diatas telah diperluas oleh moskowitz (1970,1971)
dengan cara menerapkan unsure-unsur fonologi generative yang diperkenalkan oleh
Chomsky dan halle (1968) yang paling menonjol adalah
“penemuan konsep” daan “pembentukan hipotesis” berupa rumus-rumus yang dibentuk
oleh kanak-kanak berdasarkan data linguistic utama (DLU). Yaitu kata-kata dan
kalimat yang didengarnya seharihari.
3. Reori
proses fonologi alamiah
Teori ini diperkenalkan oleh david stampe (1972,
1973),yakni satu teori yang disusun berdasarkan teori fonologi alamiah yang
juga telah diperkenalkan sejak 1965. Menurut stampe proses fonologi alamiah
kanak-kanak bersifat nurani yang harus mengalami penindasan, pembatasan, dan
pengaturan sesuai dengan penuranian representasi fonemik orang dewasa.
4. Teori
prosodi-akustik
Tori ini diperkenalkan oleh waterson (1976) sesudah
dia merasa tidak puas dengan pendekatan fonemik segmental yang dikatakannya
tidak memberikan gambaran yang sebenarnya mengenai pemerolehan fonologi.
Pendekatan fonemik segmental menganggap bahwa
kanak-kanak memperoleh fonologi berdasarkan fonem, sehingga banyak bahan
fonetik yang berkaitan telah dikesampingkan. Karena kelemahan tersebut maka
waterson (1971) menggunakan pendekatan non segmental, yaitu pendekatan prosodi
yang dianggap lebih berhasil. Pendekatan ini diperkuat dengan analisis akustik
sebab analisis prososdi hanya melihat dari analisis artikulasi.
5. Teori
kontras dan proses
Teori ini diperkenalkan oleh ingram (1974, 1979)
yakni suatu teoriyang menggabungkan bagian-bagian penting dari teori jakobson
dengan bagian-bagian penting dari teori stampe; kemudian menyelaraskan hasil
penggabungan dengan teori perkembangan piaget. Menurut ingram, kanak-kanak
memperoleh system fonologi orang dewasa dengan cara menciptakan strukturnya
sendiri; dan kemudian mengubah struktur ini jika pengetahuannya mengenai system
orang dewasa semakin baik. Perkembangan fonologi ini melalui asimilasi dan akomodasi
yang terus menerus; mengubah struktur untuk menyelaraskan dengan kenyataan.
BAB XIII
PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
1. Teori
perkembanagn bahasa anak
Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan
bahasa anak tentunya tidak terlepas dari pandangan, hipotesis atai teori
psikologi yang dianut. Dalam hal ini sejarah telah mencata adanya tiga
pandangan teori dalam perkembangan bahasa anak:
a. Pandangan
nativisme
Nativisme berpendapat bahwa selama proses
pemerolehan bahasa pertama, kanak-kanak sedikit demi sedikit membuka kemampuan
lingualnya yang secara genetis telah diprogramkan. Pandangan ini tidak
menganggap lingkungan punya pengaruh dalam pemerolehan bahasa, melainkan
menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologis, sejalan dengan yang
disebut hipotesis pemberian alam.
b. Pandangan
behaviorisme
Menurut kaumbehavioris kemampuan berbicara dan
memahami bahasa oleh anak diperolah melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak
dianggap sebagai penerima pasif dari tekanan lingkungannya, tidak memiliki
peranan yang aktif di dalam proses perkembangan perilaku verbalnya.
Kaum behavioris tidak hanya mengakui peranan aktif si anak dalam proses
pemerolehan bahasa, malah juga tidak mengakui kematangan si anak itu. Proses
perkembangan bahasa terutama ditentukan oleh lingkungannya.
c. Pandangan
kognitivisme
Chomsky pernah menyinggung masalah kognitivisme dari
piaget ini. Beliau menyatakan bahwa mekanisme umum dari perkembangan kognitif
tidak dapt menjelaskan struktur bahasa yang kompleks, abstrak dank has itu.
Begtiu juga limgkungan berbahasa tidak dapat menjelaskan struktur yang muncul
di dalam bahasa anak. Oleh karena itu menurut Chomsky bahasa struktur haruslah
diperoleh secara alamiah.
2. Perkembangan
motorik
Perkembangan motorik merupakan perkembangan bayi
sejak lahir yang paling tamapk, yakni sebuah perkembangan yang betahap dari
duduk, merangkak, sampai berjalan.
Motor berarti gerak dua. Dua kemampuan bergerak yang
paling banyak diperhatiakn para pakar adalah berjalan dan penggunaan
tangan sebagai alat. Baik berjalan maupun pemahaman penggunaan tangan sebagian
besar tergantung pada kedewasaan.
3. Perkembangan
social dan komunikasi
Sesungguhnya semenjak lahir bayi sudah disetel
secara biologis untuk berkomunikasi; dia akan tanggap terhadap kejadian yang
ditimbulkan oleh orang disekitarnya (terutama ibunya), daya lihat bayi yang
paling baik berada pada jarak kira-kira 20 cm (8 inci) yakni jarak yang terjadi
pada waktu interaksi rutin terjadi antara bayi dan ibu, kurang lebih
70% dari waktu menyusui sangibu memandangi bayinya dalam jarak 20 cm itu. Oleh
karena itu byi akan membalas tatapan ibunya dengan melihat mata sang ibu yang
menarik perhatiannya. Kemudian bayi juga belajar bahwa sewaktu terajadi saling
tatap mata berarti ada komunikasi antara dia dan ibunya.
4. Perkembangan
kognitif
Istilah kognisi berkaitan dengan peristiwa mental
yang terlibat dalam proses pengenalan tentang dunia, yang sedikit banyak
melibatkan pikiran atau berpikir. Oleh karena itu, secara umum kata kognisi
bisa dianggap bersinonim dengan kata berpikir atau pikiran.
Dari sekian banyak kajian tentang proses berpikir
pada anak-anak dalam usia yang berbeda-beda. Piaget menyatakan adanya beberapa
tahap perkembangan kognitif anak. Tahap-tahap itu adalah sebagi berikut:
a. Tahap
sensomotorik
b. Tahap
praoperasional
c. Tahap
operasional konkret
d. Tahap
operasional formal
BAB XIV
PEMBELAJARAN BAHASA
Istilah
pembelajaran bahasa digunakan untuk mengacu pada penguasaan bahasa, baik yang
dilakukan secar formal maupun non formal didalam masyarakat sekitar kehidupan
si pembelajar. Tampaknya pembelajaran bahasa ini lebih mengacu pada pendidikan
formal.
1. Dua
tipe pembelajaran bahasa
Tipe
yang pertama yakni naturalistic bersifat alamiah tanpa
guru dan tanpa kesengajaan. Pembelajaran berlangsung di dalam lingkungan
kehidupan bermasyarakat.
Tipe
ke dua yakni bersifat formal berlangsung di dalam kelas
dengan guru, materi, dan alat-alat belajar bantu yang sudah dipersiapkan.
Seharusnya hasil yang diperoleh secaar formal dalam kelas ini jauh lebih baik
daripada hasil secara naturalistic.
2. Sejarah
pembelajaran bahasa
Berabad-abad lamanya pembelajaran bahasa berlangsung
tanpa perubahan. Perubahan yang berarti dalam arti pandangan dan adanya inovasi
baru dimulai tahun 1880.
Pada tahap ini terjadi rekonstruksi bentuk-bentuk
metode langsung yang pernah digunakan atau dikembangkan pada zaman yunani dulu.
Pada tahun 1970-1980 merupakan periode
yang paling inovatif dalam pmbelajaran bahasa kedua. Konsep dannhakikat belajar
bahasa dirumuskan kembali; kemudian diarahkan kepada pengembangan sebuah model
pembelajaran yang efektif dan efesien yang dilandasi oleh teori yang kokoh.
3. Hipotesis-hipotesis
pembelajaran bahasa
Hasil yang telah dicapai oleh para pakar
pembelajaran bahasa sampai saat ini belum secara mantap bisa disebut sebagai
teori karena belum teruji dengan mantap. Oleh karena itu masih lebih umum
disebut sebagai hipotesis. Di antara hipotesis-hipotesis itu yng perlu
diketengahkan adalah:
a. Hipotesis
kesamaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua
b. Hipotesis
kontrastif
c. Hipotesis
krashen
Hipotesis ini mencakup
ü Hipotesis pemerolehan dan belajar
ü Hipotesis urutan alamiah
ü Hipotesis monitor
ü hipotesis masukan
ü hipotesis afektif
ü hipotesis pembawaan
ü hipotesis filter afektif
ü hipotesis bahasa pertama
ü hipotesis variasi individual penggunaan
monitor
d. hipotesis bahasa-antara
e. hipotesis
pijinisasi
4. Factor-faktor
penetu daalm pembelajaran bahasa ke dua
Melihat berbagai hipotesis yang dikemukakan
sebelumnya tampaknya pembelajaran bahasa kedua merupakan hal atau proses yang
cukup rumit. Berbagai factor, variable dan kendala menetukan berhasil tidaknya
pembelajaran bahasa kedua itu, diantara factor itu adalah sebagai berikut:
a. Factor
motivasi
b. Factor
usia
c. Factor
penyajian formal, mencakupi:
ü Pengaruh terhadap kompetensi
ü Pengaruh terhadap kualitas performansi
ü Pengaruh terhadap urutan pemerolehan
ü Pengaruh terhadap kecepatan pemerolehan
d. Factor
bahasa pertama
e. Factor
lingkungan, meliputi:
ü Pengaruh lingkungan formal
ü Pengaruh lingkungan informal
BAB XV
ASPEK MAKNA UJARAN
1. Hakikat
makna ujaran
Berbicara tentang makna, pertama perlu diingat
adanya dua budang kajian tentang makna, yaitu semantic dan semiotic. Bedanya
kalau semantic khusus mengkaji makna bahasa sebagai alat komunikasi verbal
manusia, sedangkan semiotic mengkaji semua makna yang ada dalam kehidupan manusia
sebagai makna-makna yang dikandung oleh berbagai tanda dan lambing serta
isyarat-isyarat lainnya.
2. Makna
leksikal
Makna leksikal adalah bentuk adjektifa nomina
leksikon, yang berasal dari leksem. Dalam kajian morfologi leksem lazim
diartikan sebagai bentuk dasar setelah mengalami proses gramatikalisasi akan
menjadi kata. Sedangkan dalam kajian semantic leksem lazim diartiakn sebagai
satuan bahasa yang memiliki satu makna atau satu pengertian.
Ada sejumlah kasus didalam semantic yang menyangkut
makna leksikal itu. Kasus-kasus itu adalah:
a. Kasus
kesinoniman
b. Kasus
keantoniman
c. Kasus
kehomoniman
d. Kasus
kehiponiman
3. Makna
gramatikal
Tampaknya makna-makna gramatikal yang dihasilkan
dalam proses gramatikal ini berkaitan erat dengan fitur makna yang dimiliki
setiap butir leksikal dasar. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan beberapa
hal.diantaranya:
a. Fitur
makna
b. Makna
gramatikal afiksasi
c. Makna
gramatikal reduplikasi
d. Makna
gramatikal komposisi
e. Kasus
kepoliseman
4. Makna
kontekstual
Memahami makna leksikal dan makna gramatikal belum
cukup untuk memahami makan suatu ujaran, sebab untuk dapat memahami makna suatu
ujaran harus juga perlu diketahui konteks dari terjadinya ujaran itu, atau
tempat terjadinya ujaran itu. Konteks ujaran ini beruoa konteks intra kalimat,
antarkalimat, bidang ujaram, atau juga situasi ujaran
5. Ujaran
taksa
Ujaran taksa adalah ujaran yang maknanya bisa
ditafsirkan bermacam-macam.
a. Kekurangan
konteks
Kekurangan konteks merupakan penyebab utama
terjadinya ujaran taksa.
b. Ketidakcermatan
struktur gramatikal
Ketidakcermatan struktur gramatikal meliputi dtruktur
frase, klausa, kalimat, dan wacana. Ketaksaan disini selain karena
ketidakcermaatn konstruksi gramatikal bisa juga terjadi pada konstruksi yang
sttruktur gramatikalnya berterima tetapi berbagai kendali semantic telah
menimbulkan ketaksaan pada konstruksi itu.
c. Kekurangan
tanda baca
Kekurangan tanda baca dapat menyebabkan ketaksaan
hanya pada bahasa ragam tulis karena ragam tulis tidak mempunyai intonasi yang
diperlukan dalam bahasa lisa.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusIzin copas gan... Untuk referensi nih...
BalasHapus